Kamis, 05 November 2015

Refleksi Hari Santri


“Santri bukan yang mondok saja, tapi siapapun yang berakhlak seperti santri, dialah santri”
            Hari santri telah lewat, pertanyaan besar kini terlintas dibenak segenap kaum santri (kaum sarungan). Lantas apa langkah selanjutnya yang akan diambil oleh pemerintah yang menetapkan 22 Oktober sebagai hari santri?, Apakah hanya cukup dengan kirap?
            Santri adalah sebutan untuk seseorang yang menimba ilmu disebuah Pondok Pesantren, mereka biasa disebut dengan kaum sarungan, karena dalam aktifitas sehari-hari kostum yang melekat pada diri mereka hanyalah sarung, baju koko, peci, dan tak ketingalan sandal jepit. Akan tetapi, kita tidak bisa mendefinisikan hanya dengan deskripsi itu, lebih umum lagi kata santri seperti pernyataan Gus Mus yang telah banyak bertebaran dimedsos (media sosial) baik facebook, twitter, instagram, bahwa santri bukanlah mereka yang mondok saja, tetapi beliau lebih mengarahkan pada pribadi atau akhlak yang dimiliki. Jadi siapapun yang mempunyai akhlak seperti santri, dialah yang disebut santri.
Sebenarnya akhlak seorang santri itu seperti apa?
 ***
            Seorang santri biasanya terkenal dengan akhlak yang mulia terhadap seorang guru, entah gurunya lebih muda maupun sebaliknya mereka tetap akan ta`dzim pada gurunya. Disisi lain, sosok santri adalah insan yang kelak akan menjadi pemimpin banngsa ini. Mengapa? Jika kita melihat kebelakang, dalam kesehariannya mereka telah diasupi banyak ilmu-ilmu agama, mulai dari ilmu tauhid, fiqh, usul fiqh, tasawuf, dll.
            Tak hanya ilmu agama yang mereka pelajari dipesantren. Dalam keseharian, mereka juga belajar ilmu umum, berorganisasi. Misalnya dipesantren Tebuireng Jombang. Pesantren yang didirikan KH. M Hasyim Asy`ari, di Tebuireng banyak kita temukan orda (organisasi daerah), organisasi ini bertujuan untukmenjalin silaturrahmi antar santri yang se-Daerah. Dalam berorganisasi mereka juga belajar berbagi kepada kaum yang tidak mampu lewat Bakti Sosial. Disini jiwa kepemimpinan mereka juga telah diasah, sebab mereka sudah berpengalaman memimpin, baik menjadi ketua asrama, ketua kamar, ketua kelas, ketua osis, atau menjadi pemimpin sebuah organisasi. Maka dari itu, mengapa sosok santri pantas u tuk dijadikan pemimpin sebuah bangsa sebesar Indonesia.
***
            Tujuan mereka mondok bukan hanya hanya sekedar medapatkan ilmu yang banyak kemudian pulang ke kampung masing-masing. Ada satu faktor X yang membuat mereka ingin sekali mondok dipesantren. Yakni barokahnya Kyai, hal ini memang tidak bisa lepas dengan kesuksesan para santri dimasa depannya. Realita telah membuktikan, banyak alumni pondok-pondok pesantren yang ketika mondok mereka pintar, cerdas, selalu menjadi yang terbaik. Karena dipondok selalu melanggar peraturan, ketika pulang ilmu yang mereka dapatkan seakan-akan tidak ada manfaatnya. Dan sebaliknya mereka yang mempunyai kemampuan pas-pasan, tetapi mereka Ta`dzim kepada Kyainya, dan mengikuti peraturan yang ditetapkan dipondok, inilah biasanya santri yang sukses.
            Dari hari santri yang sudah lewat beberapa hari yang lalu, saya berharap agar para santri selalu meningkatkat keterampilan yang mereka miliki. Karena persaingan diluar sangatlah ketat.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar