“Santri bukan yang mondok saja, tapi siapapun yang berakhlak seperti santri, dialah santri”
Hari santri telah lewat, pertanyaan besar kini terlintas
dibenak segenap kaum santri (kaum sarungan). Lantas apa langkah selanjutnya
yang akan diambil oleh pemerintah yang menetapkan 22 Oktober sebagai hari
santri?, Apakah hanya cukup dengan kirap?
Santri adalah sebutan untuk seseorang yang menimba ilmu
disebuah Pondok Pesantren, mereka biasa disebut dengan kaum sarungan, karena
dalam aktifitas sehari-hari kostum yang melekat pada diri mereka hanyalah
sarung, baju koko, peci, dan tak ketingalan sandal jepit. Akan tetapi, kita
tidak bisa mendefinisikan hanya dengan deskripsi itu, lebih umum lagi kata
santri seperti pernyataan Gus Mus yang telah banyak bertebaran dimedsos (media
sosial) baik facebook, twitter, instagram, bahwa santri bukanlah mereka
yang mondok saja, tetapi beliau lebih mengarahkan pada pribadi atau akhlak yang
dimiliki. Jadi siapapun yang mempunyai akhlak seperti santri, dialah yang
disebut santri.
Sebenarnya akhlak
seorang santri itu seperti apa?
***
Seorang santri biasanya terkenal dengan akhlak yang mulia
terhadap seorang guru, entah gurunya lebih muda maupun sebaliknya mereka tetap
akan ta`dzim pada gurunya. Disisi lain, sosok santri adalah insan yang
kelak akan menjadi pemimpin banngsa ini. Mengapa? Jika kita melihat kebelakang,
dalam kesehariannya mereka telah diasupi banyak ilmu-ilmu agama, mulai dari
ilmu tauhid, fiqh, usul fiqh, tasawuf, dll.
Tak hanya ilmu agama yang mereka pelajari dipesantren.
Dalam keseharian, mereka juga belajar ilmu umum, berorganisasi. Misalnya
dipesantren Tebuireng Jombang. Pesantren yang didirikan KH. M Hasyim Asy`ari,
di Tebuireng banyak kita temukan orda (organisasi daerah), organisasi ini
bertujuan untukmenjalin silaturrahmi antar santri yang se-Daerah. Dalam
berorganisasi mereka juga belajar berbagi kepada kaum yang tidak mampu lewat
Bakti Sosial. Disini jiwa kepemimpinan mereka juga telah diasah, sebab mereka
sudah berpengalaman memimpin, baik menjadi ketua asrama, ketua kamar, ketua
kelas, ketua osis, atau menjadi pemimpin sebuah organisasi. Maka dari itu,
mengapa sosok santri pantas u tuk dijadikan pemimpin sebuah bangsa sebesar
Indonesia.
***
Tujuan mereka mondok bukan hanya hanya sekedar medapatkan
ilmu yang banyak kemudian pulang ke kampung masing-masing. Ada satu faktor X
yang membuat mereka ingin sekali mondok dipesantren. Yakni barokahnya Kyai, hal
ini memang tidak bisa lepas dengan kesuksesan para santri dimasa depannya.
Realita telah membuktikan, banyak alumni pondok-pondok pesantren yang ketika
mondok mereka pintar, cerdas, selalu menjadi yang terbaik. Karena dipondok
selalu melanggar peraturan, ketika pulang ilmu yang mereka dapatkan seakan-akan
tidak ada manfaatnya. Dan sebaliknya mereka yang mempunyai kemampuan pas-pasan,
tetapi mereka Ta`dzim kepada Kyainya, dan mengikuti peraturan yang ditetapkan
dipondok, inilah biasanya santri yang sukses.
Dari hari santri yang sudah lewat beberapa hari yang
lalu, saya berharap agar para santri selalu meningkatkat keterampilan yang
mereka miliki. Karena persaingan diluar sangatlah ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar