Jumat, 08 Mei 2015

Membudayakan pentingnnya proses dari pada hasil

“Mendapatkan hasil yang baik memang penting, akan tetapi proses untuk menuju keberhasilan jauh lebih penting”

            Kebanyakan dewasa ini minedset remaja sekarang masih terkontaminasi dengan hal-hal yang serba instan. Tak pelak ini menjadi bumerang bagi bangsa kita, sebab jika ini terjadi maka siapa yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan bangsa, lemah dan kuatnya bangsa ini ada dipundak mereka. Jika hanya berorientasi pada hasil dari pada proses yang harus mereka jalani, maka kebiasaan tersebut akan mempengaruhi gaya berfikir mereka menjadi melakukan apapun yang penting berhasil, padahal semua itu membutuhkan proses. Dari sini mental mereka akan diuji, seberapa kuat dalam menghadapi masalah-masalah yang ada, bukan hanya berfikir pada hasil akhir. Semua orang juga bisa jika hanya memikirkan hasil dan melupakan bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.   
            UN ( Ujian Nasional) sudah lewat, banyak dari para pelajar yang berharab agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan agar bisa melanjutkan keperguruan tinggi yang diinginkan. Cara apapun akan mereka lakukan demi mendapatkan kelulusan, entah itu menerima kunci jawaban dari teman, ataupun membeli dari para calo yang tidak bertanggungjawab. Apa boleh buat UN sudah didepan mata, sedangkan persiapan belum dilakukan 100%. Ditambah lagi dengan ketidak percaya diri an para siswa. Pada akhirnya mereka akan melakukan cara apapun untuk lulus. Sejak remaja sudah seperti ini, bagaimana jika nanti mereka diberi amanah untuk memimpin bangsa ini ?. contohnya para koruptor, dalam hal keilmuan mereka boleh dibilang ahli, akan tetapi mereka diperbudak oleh ilmunya sendiri dan tidak bisa menahan nafsu jeleknya. Apakah mereka lupa bahwa Rasulullah SAW adalah sebaik-baik teladan bagi kaum muslimin. Kalau tidak mau menjadikan Rasululloh sebagai teladannya, lau siapa lagi ?. Allah telah menjelaskan dalam al-Qur`an surat al-Ahzab ayat 20 :
yang artinya :
            “Sungguh, telah ada pada diri Rasululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharab (rahmat) Allah dan (kedatangannya) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.
Apakah mereka akan bangga dengan nilai yang diperoleh dari proses yang kurang baik, bahkan bisa dikatakan memperburuk citra bangsa dimata bangsa. Sejak remaja aja sudah tidak jujur, apalagi nanti kalau sudah mempunyai tanggunhgan yang harus diembannya.
            Dijadikannya manusia sebagai khalifah dibumi ini agar mereka bisa menjaga apa-apa yang ada bumi. Apalagi tanggal 22 april diperingati sebagai hari bumi, seharusnya mereka lebih melihat bagaimana keadaan bumi kita indonesia, bukan hanya mengambil hak orang tanpa memikirkan kerugian yang akan dialami orang tersebut. Walapun bumi kita indonesia ini kaya akan SDA, akan tetapi berapa banyak yang dikuasai oleh bangsa asing, seperti kasus freepot. Jangan sampai terulang kembali, sebab ini menunjukkan bangsa kita seolah-olah terjajah oleh bangsa eropa.
            Tidak hanya para remaja, maraknya pencurian, pencopetan dan tindakan kriminal lainnya yang dilakukan oleh orang dewasa rata-rata alasannya adalah terpaksa mencuri, terpaksa mencopet karena jika tidak melakukannya, keluarganya akan kelaparan. Cara berfikir yang salah harus segera di benahi sebelum menjalar untuk melakukan hal-hal yang lebih kejam dari pada pencurian dan pencopetan, seperti melakukan pembunuhan, mutilasi dll.
            Dalam islam juga banyak menjelaskan mengenai pentingnya sebuah proses dalam melakukan suatu pekerjaan. Seperti dalam al-Qur`an terdapat ayat
أدعوني استجب لكم
“Berdo`alah kepada ku, maka aku akan mengabulkannya”

Maksud dari ayat diatas bukan hanya kita berdo`a dengan menadahkan kedua tangan saat sholat kemudian tidak melakukan ikhtiar (usaha), lebih dari pada itu, Allah menyuruh kita berdo`a kemudian melakukan ikhtiar sekuat tenaga. Jangan berharab kesuksesan jika tanpa usaha. 

Jumat, 01 Mei 2015

Ketahanan Menulis

Peradaban menulis adalah peradaban yang paling tinggi, sebab kegiatan menulis sendiri adalah kegiatan yang menyenagkan sekaligus bermanfaat untuk sang penulis. Selain mengasah kemampuan berfikir seseorang, kegiatan menulis akan membuat kita ada, coba kita bayangkan seadainya ulama`-ulama` salafi tiaadak menulis, mungkin nama mereka akan tinggal kenangan tanpa karya. Kita ambil contoh salah satu pendiri Nahdlatul Ulama` KH.M. Hasyim asy`ari, berapa banyak karangan kitab beliau, imam suyuti dan masih banyak Ulama`-Ulama` yang tidak kita ketahui. Dari sini dapat kita ambil pelajaran bahwasanya tradisi menulis sudah di contohkan oleh guru-guru kita terdahulu. Tugas kita sebagai kaum santri yang notabennya mempunyai latar belakang agama yang mempuni, sudah saatnya menulis untuk keabadian. Jadikanlah kegiatan manulis sebagai perefres otak, setelah seharian kita diasupi ilmu-ilmu yang ada disekolah maupun dipesantren.
            Sebaiknya jika seseorang menulis usahakan kita menulis dengan memakai hati, jika seperti itu maka pembaca akan membacanya dengan hati, seperti imam ghozali, siapa yang tidak dengar kitab Ihya` Ulumuddin, disetiap pesantren pasti mengkajinya. Ketika mendengarkan atau bahkan membacanya hati kita terasa tersentuh dengan kata perkata yang ditulis beliau di dalam kitab Ihya`. Inilah salah satu contoh betapa pentingnya menulis dengan hati, bukan hanya sekedar mengandalkan akal pikiran.
            Tidak hanya teknik menulis yang kita pelajari, membaca adalah salah satu faktor yang menentukan baik-buruknya tulisan. Berdekatan dengan buku yang harus atau bahkan wajib kita lakukan agar tulisan yang kita hasilkan bisa berkualitas dan diterima oleh pembaca. Kebanyakan dari kita jka sudah menghasilkan karya atau dalam kata lain dianggap ahli dalam menulis biasanya akan malas untuk menulis setiap hari atau bahkan tidak menulis sama sekali. Jika ini terjadi, maka kita akan kesulitan untuk memulainya kembali. Sama saja dengan membaca al-Qur`an, jika biasanya kita membaca al-qur`an setiap hari 1 juz, kemudian beberapa bukan kita sama sekai tidak membacanya, maka kita akan kesulitan untuk membacanya atau tidak selancar ketika setiap hari one day ane ayat.

Straregi menulis opini

   1.      Judul
   2.      Penguasaan masalah
   3.      Paragraf 1-3 pendahuluan, paragraf 4-6 mencoba menyajikan fakta/bukti-bukti, paragraf 7-8 kita telusuri/mencari dalil yang berhubungan dengan tema baik dalam al-Qur`an, Hadist, Kaidah Fiqh, Pendapat tokoh, dan yang lainnya. Kemudian untuk yang terakhir paragraf 9-10 tentang kesimpulan masalah yang kita bahas. 
Tambahan penguat :
  1.      Fakta/Bukti
  2.      Dalil/dasar : ayat al-Qur`an, Hadist, Kaidah, pendapat Tokoh
  3.      Kesimpulan
sekolah semulis jilid 3 oleh ahmad fao/jum`at 01 mei 2015