Senin, 17 November 2014

Keadilan Hitam


Disebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk suasana perkotaan, terdapat kehidupan keluarga kecil yang sangat sederhana, kesehariannya keluarga ini memakan makanan apa adanya apapun akan mereka makan selagi itu halal, dalam hal berpakain mereka sangat sederhana.
Lantunan tahrim al-qur`an di pagi hari berkumandang, waktu subuh akan segera tiba, seperti biasa pak udin bangun dari tidurnya untuk bertaqarrub kepada sang khaliq yakni melaksanakan shalat malam, tidak ketinggalan pula dia membangunkan istri dan anak kesayangannya ikut shalat malam. Inilah keseharian yang pak udin lakukan mengingat dia adalah kepala keluarga yang wajib menjadi imam yang baik. Ibu`,  adek ayo bangun mari kita melaksakanakan shalat.”Pak  udin membangunkan anak serta istrinya”. Mereka pun masih terlelap dalm tidurnya, belum ada tanda-tanda akan bangun, dengan kesabarannya satu kali dua kali di bangunkan isrti dan anaknya tidak bangun, untuk yang ketiga kalinya, merekapun bangun dan melaksanakan shalat. Sambil menunggu waktu subuh pak udin mengajak mereka untuk membaca al-qur`an. Adzan subuh pun berkumandang, embun pagi menetes, mereka langsung melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid.
waktu subuh sudah lewat, sang mentari menunjukkan kegagahannya menyinari bumi pertiwi, masyarakat desa jati rejo mulai sibuk dengan rutinitasnya masing-masing. Pak udin bersiap-siap untuk berangkat kepasar untuk berdagang, ini adalah kegiatan sehari-hari pak udin demi menghidupi keluarga kecilnya. Berdagang ialah pekerjaaan yang ditekuni olehnya sejak satu tahun yang lalu, sebelumnya ia bekerja di sebuah perkantoran sebagai cleaning service, akan tetapi ia dipecat gara-gara kantor mengalami bangkrut yang lumayan besar. Tanpa berfikir panjang ia mau tidak mau harus mencari pekerjaan yang lain.
            Dalam konsep berdagangnya pak udin berusa bersifat jujur apa adanya, karena berdagang buah-buahan, jika kualitasnya bagus ya ia akan bilang bagus begitupun sebaliknya. Banyak sekali kejadian-kejadian yang tidak bisa diprediksi oleh pak udin, misalnya sepi pembeli, banyak buah yang busuk, maupun karena cuaca yang tidak mendukung. Sekali lagi ia mengembalikannya kepada Sang Pencipta yaitu Allah, Allah yang mengatur semua rezeqi. Dari pagi sampai siang pak udin berdagang, ia belum sama sekali mendapatkan pembeli, kenapa ya koq hari ini sepi sekali pembeli ?” batin pak udin”. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang kerumah. Sesampainya dirumah ia melihat anak dan istriya sudah menunggu. Doni anak pak udin bertanya:  bapak capek ngga` ?, kalau capek mana doni pijitin,Tidak usah nak mending kamu tidur siang sana !! tetapi ekspresi berbeda ditunjukkan oleh istrinya. Bagaiman pak dagangan hari ini ? sambut istrinya dengan senyum bahagia, berharap sang suami mendapatkan rezeqi”. Dengan tersenyum pak udin menjawab :” hari ini kita belum di beri oleh Allah buk, ibuk yang sabar ya.. “. Istrinya tidak terima dengan jawaban sang suami “pokoknya ibuk gak mau tahu besok bapak harus dapat uang. Dengan nada kasar dan marah ia mengungkapkannya perasaan kemarahannya kepada sang suami.
            Pak udin malam tidak bisa tidur memikirkan perkataan sang istri, yang membuatnya merasa tidak bisa menafkahi keluarganya. Dalam angan-angannya ia tidak terasa tertidur pulas. Adzan subuh berkumandang lagi kali ini berbeda dengan hari kemarin, tidak seperti malam kemaren, ia tidak membangunkan anak istrinya. ia melakukan shalat malam sendirian, dan berdo`a kepada sang khaliq “ ya rabb berilah hamba kekuatan untuk menjalani semua yang telah engkau turunkan kepada hamba, jangan jadikan hamba temasuk manusia yang putus asa pada rahmatmu”. Pak udin bersiap siap-siap menuju pasar, tetapi kali ini sang istri acuh kepadanya, pak udin berangkat kepasar tanpa sepengetahuan sang istri. Malam itu sang istri bermimpi tidak enak tentang sang suami Saat berada di pasar, ada preman yang biasa meminta jatah dari para pedagang yang ada satu-persatu mereka di mintai uang, tiba giliran pak udin, mana uang untuk hari ini ?,”preman bertanya pada pak udin dengan memasang salah satu preman langsung menusuk pak udin dengan pisau tepat pada dadanya, pak udin seketika itu tejatuh, preman-preman itu langsung kabur meninggalkannya. Semua pedagang meresa panik dengan keadaan pak udin yang berlumuran darah, mereka langsung membawanya kerumah sakit terdekat, akan tetapi nyawa pak udin tidak bisa tertolong, ia meninggal dunia.
Anak dan istrinya belum tahu kalau pak udin sudah meninggal, ada salah satu dari tetangganya yang kebetulan berdagang dipasar bersama pak udin datang kerumahnya namanya pak ridwan, ia mengucapkan salam, pintu langsung terbuka, ada apa pak ridwan ? koq lari-lari an. Dengan kata terbata-bata pak ridwan berkata : pak udin buk.. ada apa dengan suami ku, istri pak udin bertanya dengan nada khawatir, pak udin meninggala karena ditusuk preman. Ia langsung menangis. Doni mendengar bahwa bapaknya meninggal dunia karena ditusuk k preman.

Suasana pasar penuh dengan keramaian orang, preman yang membunuh pak udin datang lagi, untuk meminta uang lagi. Tanpa disangka udin pamit pada ibunya untuk pergi kepasar, sesampainya dipasar dia mencari preman yang membunuh bapaknya, saat melihat preman itu, dia langsung menusuk preman tersebut dengan sebilah pisau yang dia bawa dari rumah, preman itu pun langsung meninggal karena tusukan doni. Doni pulang kerumah, tak berapa lama ada polisi yang datang kerumahnya untuk menangkap udin, ada apa ini ? “ibu udin bertanya kepada polisi” gini bu anak ibu tadi membunuh seorang preman pasar ndak tau apa motifnya. Tidak lama udin langsung dibawa ke kantor polisi untuk diintrogasi apakah dia bersalah apa tidak ?.








1 komentar: